Wednesday, June 20, 2007

apa yang kita cari...


Sebuah ungkapan bijak mengatakan bahwa seseorang hidup di dunia ibarat pengembara. Dunia adalah salah satu dari sekian tempat yang ia singgahi. Dia berhenti di dunia hanya untuk beberapa saat untuk kemudian berjalan kembali menuju tempat pengembaraan berikutnya. Sehingga dunia bukanlah awal atau akhir dari episode kehidupan. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang penuh dengan kerelatifan, tidak ada yang mutlak sesuai dengan sifat kefanaannya. Maka menjadi sebuah keniscayaan yang dihadapi bagi sang pengembara adalah tidak akan pernah mencicipi kehidupan yang hakiki, artinya dia tidak akan terus-menerus merasakan kebahagiaan atau kesenangan yang tak dibatasi oleh indera dan ruang, sebaliknya dia juga tidak akan pernah mengalami kesengsaraan, kesusahan atau kesakitan tak terperi yang tidak pernah memberikan kesempatan wajah untuk tersenyum dan air mata untuk berhenti menetes. Lalu adakah tempat berlakuknya kehidupan hakiki tersebut? Jawabannya adalah pasti ada, karena kisah sang pengembara tidak mungkin berhenti ditengah mesti ada akhir sebagai penutupnya dan kehidupan hakiki inilah episode akhir yang dia tuju. Dunia bagi sang pengembara menjadi ladang amal untuk menyemai benih-benih kebaikan untuk kelak bisa dia bawa sebagai bekal perjalanan berikutnya. Dan ini bukan pekerjaan mudah baginya, ada skenario-skenario kehidupan dengan atau tanpa dia rencanakan yang akan mengujinya. Dunia dengan segala keindahan isinya bisa saja memperdayainya, sampai-sampai membuat dia melupakan petualangannya dan menganggapnya dunia menjadi terminal terakhir. Bisa juga dunia dengan segala kesemrawutan, kesumpekan dan keangkuhannya membuat pengembara kelelahan dan frustasi melanjutkan perjalanan baginya cukup di dunia saja dan dia mengakhiri pengembaraan nya di sini. Oleh karena itu jejak pengembara selama singgah di dunia akan menentukan episode perjalanan berikutnya. Menentukan hakikat apa yang kelak dia rengkuh...kebahagiaan atau kesengsaraan tanpa batas.

No comments: