Monday, June 1, 2009

Menikmati Peran

Seorang lelaki paruh baya menggendong tas di separuh bahu yang berisi barang dagangan, dia memasuki ruangan demi ruangan menjajakan barang dagangannya. Raut wajahnya yang bersih semakin berseri dengan seyuman khasnya, terutama ketika dia berhasil mengocak tawa calon pembeli yang dia ajak bercanda dengan bahasa-bahasa penawaran penuh lelucon. Harga-harga barang yang dia jajakan dia sebutkan dengan bahasa inggris dengan cukup fasih, tanpa malu dan ragu, walau terlihat tidak sebanding dengan prestisius barang yang dia tawarkan yang terdiri dari pisau dapur atau centong nasi dan sayur yang terbuat dari tempurung kelapa. Yang menarik dari lelaki yang selalu mengenakan kopiah haji itu adalah dia tampak sangat menikmati profesinya, tak tampak guratan kelelahan, dia sangat ceria dan antusias menyakinkan orang untuk membeli daganganya. Tak lupa, dia juga selalu berterima kasih ketika ada yang membeli. Meskipun saya tahu ada diantara teman yang akhirnya membeli barangnya karena merasa kasihan.

Seseorang yang memiliki antusiasme dan gairah dalam melakukan setiap peran dalam beragam aktifitas kehidupan tentunya akan melahirkan aura positif tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi bisa juga bagi orang yang lain di sekelilingnya. Minus gairah, orang akan terlihat datar, ala kadarnya bahkan tidak jarang terlihat malas menjalani kehidupan.

Bagaimana agar antusiasme dan gairah tersebut selalu membuat andrenalin yang akan menjadikan hidup lebih hidup. Satria Hadi Lubis dalam bukunya yang berjudul "Burn Yourself" menyatakan bahwa kunci keberhasilan seseorang mampu meledakan potensi pada dirinya adalah memiliki visi dalam hidup, dan bahkan visi itu harus dijabarkan dengan menggali visi dari setiap peran yang dijalankan.

Ibarat pulau impian (dream land) visi akan menuntun seseorang setapak demi setapak mengayuh, mengarahkan dan menjaga bahtera berjalan ke arah yang dituju. Terpaan badai, hantaman gelombang tidak akan mampu menghentikan laju bahtera, bahkan hempasan angin pun tak akan mampu menyesatkan bahtera dari tujuannya. Semua awak bahu-membahu menjalankan perannya masing-masing dengan satu tujuan mengantar bahtera bersandar di pulau impian. Sang nahkoda sangat memahami peran dia untuk mengendalikan kemudi bahtera, membaca arah angin, cuaca serta memastikan seluruh awak bekerja dengan baik. Sang juru mesin pun dengan baik memahami perannya memastikan mesin kapal bekerja optimal, cermat menggunakan bahan bakar dan tanggap mengatasi kerusakan yang terjadi. Sampai sang kelasi pun bijak memahami peranya untuk melayani kebutuhan logistik awak kapal, menjaga kenyamanan dek-dek yang ada.

Begitupun halnya dengan manusia, visi (turunan yang lebih gampang dicerna bisa berwujud cita-cita atau harapan) membuat andrenalin seseorang terpicu sehingga dia bergairah menuntaskan usaha-usaha dalam menggapainya. Visi itu akan menjadi pelecut motivasi menghadapi masalah, tantangan dan berbagai kendala yang menghadang. Visi akan melahirkan keyakinan yang kuat bahwa setiap perjuangan mencapainya pasti memerlukan pengorbanan. Dalam tataran praktis visi itu harus pula di-breakdown (dijabarkan) dalam setiap peran yang diambil, inilah yang kemudian dinamakan "visi peran". Misalnya Budi, diluar dirinya sebagai pribadi, dia adalah ayah dari 2 orang putri, suami dari seorang isteri yang sangat ia cintai, anak dari orang tua yang selalu dia hormati dan banggakan dalam hidup, dan karyawan dari sebuah institusi tempat dia bekerja. Seperti awak kapal tadi budi pun harus dapat mendefenisikan visinya sebagai seorang ayah, suami, anak dan karyawan agar semuanya bisa berjalan beriringan mendukung visi besarnya. Salah kalau peran-peran itu dianggap pekerjaan sambilan dan sambil lalu, masing-masing punya kepentingan dan skala prioritas tersendiri. Bahkan dalam beberapa orang terkadang salah satu dari peran tersebut mampu menginspirasi mereka sehingga mereka mencapai puncak dalam hidupnya. Sebetulnya peran-peran kecil itu kalau dapat dijalankan dengan sempurna tentunya menjadi energi besar dan mengkondisikan seseorang nyaman melakukan pekerjaan besar menggapai visi besarnya. Dan saya yakin kita sepakat bahwa Budi yang sukses paripurna adalah Budi yang bisa mencapai visi besarnya dan mampu menunaikan dengan baik semua peran yang dia memiliki.

Visi membuat seseorang bergairah menghadapi kehidupan. Antusiasme menyala-nyala sebenderang visi yang begitu jelas tampak di pelupuk mata. Setiap pergerakan peran melangkah dengan penuh optimisme. Sesulit apapun peran terlihat dimata orang baginya adalah rengkuhan kenikmatan menjalaninya. Lihatlah Oshin, perjalanan hidup yang penuh dengan perjuangan dia jalani dengan begitu ikhlas, sabar, gigih penuh antusiasme serta sangat menikmati perjalan peran apapun dia jalani dengan keyakinan kuat akan datangnya kehidupan yang lebih baik, sehingga diakhir cerita Oshin menjelema menjadi sosok yang begitu sukses.

Visi yang luhur akan memberikan kenikmatan dalam menjalankan peran-peran kehidupan, dia akan mencegah seseorang dari berkeluh kesah, berprasangka dan stress. Karena dia begitu memahami hakikat berjalannya fitrah kehidupan. Visi yang luhur adalah niat yang terpatri kuat tinggal menyambutnya dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh sembari menggandengnya dengan tawakal yang ikhlas.