Friday, June 29, 2007

Iman Menjadi Perisai dan Senjata Menebarkan Kebaikan

Dan barangsiapa mengerjakan kebajikan dan ia dalam keadaan beriman, Maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya.
( QS:Taha 112)

Setiap pertaruhan pasti ada harga yang harus dibayar, begitupun halnya dengan mempertaruhkan kebajikan ditengah derasnya kedzaliman yang merasuk di setiap sendi kehidupan. Tabiat kedzaliman adalah selalu menorehkan luka pada setiap tempat kedzaliman tersebut menghinggapi, cepat atau lambat, halus atau masif luka tersebut akan terasa. Luka tersebut akan merusak tatanan kehidupan yang harmonis karena kedzaliman menukarkan nilai-nilai kebaikan dengan virus-virus kerusakan. Ketika sebagian kecil manusia memilih bertahan untuk memperjuangkan nilai-nilai luhur kebaikan demi menjaga kelestarian kehidupan maka mereka akan merasakan goresan luka-luka tersebut pada dirinya sendiri . Perihnya sayatan luka berupa tergadainya hak dan berbagai perlakuan tidak adil adalah hidangan yang harus mereka santap bahkan disaat lapar sekalipun.
Rasulullah dan para sahabat merasakan begitu hebatnya tekanan para kaum musyikin Quraiys ketika mereka mengembargo kaum muslimin, mereka tak hanya memutus jalur logistik tapi lebih dari itu mereka mengisolasi dan membuat kaum muslimin menjadi orang asing di negeri mereka sendiri. Hak kaum muslimin untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup mereka terputus. Ruang gerak mereka dipersempit, peran mereka dibatasi sebatas kaum muslimin. Kompromi yang ditawarkan kaum Quraisy adalah meminta Rasulullah menghentikan aktifitas dakwahnya sebagai syarat mereka menghentikan embargo. Pada saat itu penderitaan Rasulullah ditambah dengan meninggalnya isteri tercinta Khadijah r.a. dan pamannya Abu Thalib yang selama ini mendukung dakwah beliau.
Lalu apakah yang bisa membuat Rasulullah dan para sahabat bertahan dari situasi sulit tersebut. Keimananlah yang menjadi perisai sekaligus senjata kaum muslimin untuk bertahan untuk menang. Keimanan melahirkan energi kesabaran luar biasa yang tak pernah kering dibawah teriknya tekanan embargo. Keimanan menolak kompromi kafir Quraisy untuk berbagi keyakinan, sehari mengakui kesesatan mereka sehari kemudian mengikuti keyakinan kita bukan bentuk toleransi yang Islam diajarkan. Tidak ada kesepakatan atas tawar-menawar keimanan, karena keimanan adalah keyakinan setiap individu yang harus dihormati dan merupakan hak asasi manusia. Tidak ada kompromi atas legalisasi kedzaliman, karena legalitas kedzaliman tidak akan pernah membawa kebaikan dan justru yang akan mencabut hak asasi sampai pada akar-akarnya. Al halalul bayyin wal haramu bayyin, antara kebenaran dan kedzaliman ada demarkasi yang jelas bahkan ketika ada sesuatu keraguan (syubhat) yang tampak berada di garis perbatasan kita dianjurkan untuk meninggalkannya. Tugas mulia menebarkan kebajikan, menyemai benih-benih kemanfaatan, mengawal perubahan di berbagai bidang kehidupan pijakannya adalah keimanan. Kebaikan yang dilakukan dengan keimanan akan menjadikan setiap intimidasi kedzaliman menjadi sumbu pembakar semangat perjuangan yang akan semakin memperkokoh bangunan kebaikan yang dipancangkan. Keimanan akan menjauhkan para penyeru kebaikan dari sikap kekhawatiran terhadap ancaman yang mengintainya. Tidak ada sesuatupun yang mereka takutkan selain Tuhannya. Kebaikan yang dilakukan dengan mudah tanpa tantangan yang merongrong seringkali membuat lengah dan kehilangan daya kreatifitasnya. Sementara kebaikan yang penuh intimidasi akan memperkuat eksistensi kebaikan tersebut mengahadapi terpaan ujian yang lebih besar lagi.

Wednesday, June 27, 2007

Positioning


Kehidupan yang pada satu sisinya merupakan arena kompetisi, menempatkan para pesertanya untuk menentukan posisi yang cocok untuk memenangkan kompetisi sehingga tetap survive. Positioning menjadi strategi untuk mengawinkan peluang dan kemampuan. Ketika peluang yang bagus bertemu dengan kemampuan yang mumpuni maka terlahirlah prestasi gemilang, makanya betul ungkapan yang menyatakan “posisi menentukan prestasi”. Dalam manajemen “The right man on the right place” menjadi penentu besar sebuah kesuksesan. Suatu urusan yang tidak dikerjakan oleh ahlinya maka akan rusaklah hasilnya begitu pesan yang disampaikan Muhammad Saw. Positioning menjadi tantangan setiap individu untuk mengeksploasi diri. Keberhasilan mengenali diri sendiri akan menyeruakan potensi yang terpendam. Butiran mutiara minat dan bakat akan semakin mengkilat dan terasah ketika potensi bertemu dengan posisi yang tepat. Yang perlu diwaspadai dalam positioning adalah rasa nyaman berada dalam posisi yang meninabobokan panca indera dan lengah terhadap tantangan kompetisi yang sentantiasa mendampingi setiap perkawinan potensi dan peluang.

Tuesday, June 26, 2007

Ketika harus memilih…


Berani hidup maka harus berani memilih karena kehidupan adalah kumpulan dari aneka pilihan. Gamang dalam menentukan pilihan akan mengakibatkan gerak langkah berjalan gontai, seseorang akan terseret oleh kehendak takdir. Sebab takdir itu sendiri melaju di atas dua jalan kehendak, yaitu kehendak Illahi yang bersifat mutlak dan kehendak insani yang bersifat relatif. Manusia dalam rentang kehidupannya tidak akan pernah lepas dari dua jalan ini. Kehendak Illahi berjalan di luar batas kemampuan manusia sebagai makhluk, manusia hanya bisa menerima dan dituntut untuk cerdas dalam mengambil hikmah yang pasti selalu menyertainya. Kehendak insani bergerak sesuai dengan kemampuan manusia merealisaikannya. Ketika kita harus memilih kita harus cukup jeli memotret masa depan yang menyisakan ruang kemungkinan yang kita impikan, kemudian membekali diri dengan energi ikhtiar yang cukup untuk membuktikan bahwa pilihan kita tepat, dan bisa diwujudkan. Karena biasanya setiap pilihan menawarkan tantangan tersendiri yang menguji si pemilih tetap bertahan atau mundur di tengah jalan. Dan yang terakhir yang tidak boleh dilupakan ketika kita memilih adalah kita harus menyisakan ruang dalam jiwa kita untuk berlakunya kehendak Illahi yang dalam kaca mata lahiriah mungkin pilihan kita berwujud tidak seperti apa yang kita impikan.

Thursday, June 21, 2007

membangun optimisme


Setiap orang mendambakan kesuksesan dalam hidupnya. Kesuksesan diperoleh dengan kerja keras menerobos palang-palang kemalangan. Makanya orang yang sukses diketegorikan sebagai orang yang memiliki daya tahan kemalangan. Daya tahan kemalangan bekerja dengan optimisme. Sikap optimis menjadi sumbu yang membakar seseorang untuk bekerja keras. Untuk membangun optimisme pondasinya adalah mengembangkan kekuatan kepercayaan, pecaya bahwa anda dapat sukses maka anda akan sukses. "Saya-positif-saya-bisa" dapat akan membangkitkan kekuatan, keterampilan, dan energi yang diperlukan untuk berhasil. Setiap orang adalah produk dari pikirannya sendiri. Maka hiasilah pikiran kita dengan pikiran-pikiran postif : berpikir sukses, jangan berpikir gagal; anda lebih baik daripada yang anda kira; percaya pada hal-hal besar yang anda impikan. Kepercayaan diri bahwa saya bisa, diri saya sangat berharga akan membuat mesin kesuksesan itu otomatis bekerja. Selamat mencoba !

Wednesday, June 20, 2007

penantian


Menunggu bagi banyak orang adalah pekerjaan yang sungguh membosankan. Menunggu adalah persimpangan antara harapan dan kecemasan, antara kepastian dan ketidakpastian. Menunggu bagi sipenunggu jelas akan membuat dia menyisakan ruang kegundahan yang menyisakan sedikit hambatan untuk melangkah. Menunggu bagi pihak lain memberikan ruang jarak peluang atau kesempatan yang semestinya bisa diraih sipenunggu. Ada tumpukan energi yang tak tersalur atau malah tersalur percuma ketika sipenunggu lengah. Tak jarang jalan persimpangan itu dilewati oleh sikap was-was yang bisa menjadi pintu masuk para penggoda atau lewat pula adanya sakwasangka akibat kekhwatiran tergadaikannya harapan. Menunggu adalah rutinitas kehidupan yang selalu menyisakan ruang hampa yang sebetulnya bisa diisi. Hanya saja memang tantangannya adalah konsentarsi yang tidak bisa optimal karena harus berbagi dengan fokus yang ditunggu

apa yang kita cari...


Sebuah ungkapan bijak mengatakan bahwa seseorang hidup di dunia ibarat pengembara. Dunia adalah salah satu dari sekian tempat yang ia singgahi. Dia berhenti di dunia hanya untuk beberapa saat untuk kemudian berjalan kembali menuju tempat pengembaraan berikutnya. Sehingga dunia bukanlah awal atau akhir dari episode kehidupan. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang penuh dengan kerelatifan, tidak ada yang mutlak sesuai dengan sifat kefanaannya. Maka menjadi sebuah keniscayaan yang dihadapi bagi sang pengembara adalah tidak akan pernah mencicipi kehidupan yang hakiki, artinya dia tidak akan terus-menerus merasakan kebahagiaan atau kesenangan yang tak dibatasi oleh indera dan ruang, sebaliknya dia juga tidak akan pernah mengalami kesengsaraan, kesusahan atau kesakitan tak terperi yang tidak pernah memberikan kesempatan wajah untuk tersenyum dan air mata untuk berhenti menetes. Lalu adakah tempat berlakuknya kehidupan hakiki tersebut? Jawabannya adalah pasti ada, karena kisah sang pengembara tidak mungkin berhenti ditengah mesti ada akhir sebagai penutupnya dan kehidupan hakiki inilah episode akhir yang dia tuju. Dunia bagi sang pengembara menjadi ladang amal untuk menyemai benih-benih kebaikan untuk kelak bisa dia bawa sebagai bekal perjalanan berikutnya. Dan ini bukan pekerjaan mudah baginya, ada skenario-skenario kehidupan dengan atau tanpa dia rencanakan yang akan mengujinya. Dunia dengan segala keindahan isinya bisa saja memperdayainya, sampai-sampai membuat dia melupakan petualangannya dan menganggapnya dunia menjadi terminal terakhir. Bisa juga dunia dengan segala kesemrawutan, kesumpekan dan keangkuhannya membuat pengembara kelelahan dan frustasi melanjutkan perjalanan baginya cukup di dunia saja dan dia mengakhiri pengembaraan nya di sini. Oleh karena itu jejak pengembara selama singgah di dunia akan menentukan episode perjalanan berikutnya. Menentukan hakikat apa yang kelak dia rengkuh...kebahagiaan atau kesengsaraan tanpa batas.

Bismilah...

SumbangSih didedikasikan untuk memberikan inspirasi dan sumbangan pemikiran, curahan hati, serta ungkapan tulus terhadap fenomena kehidupan yang terjadi. SumbangSih membuka diri untuk saling berbagi, saling mengisi dan peka terhadap aneka warna potret-potret kehidupan.