Sunday, January 2, 2022
Nyantri
duhai anakku sayang
degub jantung terasa kencang
dada sesak, haru terisak, matapun tak terasa berkaca berlinang
di setiap episode pergi dan datang
di setiap kesempatan bertandang
menjengukmu di sela sempit dan luang
diantara waktu dan jarak berselang
duhai anaku sayang
terkenang puluhan tahun ke belakang
betapa ayahmu terguncang
manakala kakekmu atau nenekmu bertandang
bergegas berlari menyambut datang
tertahan tercenung melepas pulang
rasa rindu yang tak terpuaskan
dahaga sentuhan kasih sayang
belaian yang tak tergantikan
kebersamaan yang terpisahkan
ada harapan terbentang
potensimu bisa tumbuh, berkembang
jati diri bisa kau temukan
jalan cita masa depan bisa kau rancang
pribadimu kian matang
akidahmu teguh kau pegang
akhlakmu indah menawan
ilmumu luas untuk kemaslahatan
pribadimu pribadimu
massamu massamu
mimpimu mimpimu
prestasimu prestasiku
suskesmu suksesku
bahagiamu bahagiaku
peluhku untukmu
langkahku bagimu
amanahku dirimu
tanggungjawabku memikulmu
munajat-munajatku menyertaimu
magelang-kuningan
16-17/03/2019
Tuesday, November 13, 2012
Cara Seorang Petani Jadi Ketua KPK
Ketika saya dipilih oleh wakil rakyat di senayan, saya menyatakan bahwa saya harus menjadi ketua KPK terakhir yang dimiliki negeri ini. Setelah saya bangsa ini tidak akan susah payah lagi dengan urusan fit and propper test untuk mencari sosok ketua KPK lagi. Negeri ini sudah tidak membutuhkan lagi organisasi seperti KPK karena tugas-tugas KPK sudah bisa saya tuntaskan segera sebelum periode saya berakhir. Karena saya berkenyakinan bahwa KPK bukanlah lembaga yang (harus) kekal, berada dinegeri ini hingga yaumul akhir. KPK hanyalah lembaga fana yang bersifat sementara (ad hoc), selaras dengan kenyakinan kita bahwa korupsi itu juga fana, yang harus lenyap dari negeri ini.
Memberantas korupsi bagi saya yang berlatar belakang petani adalah seperti merawat tanaman yang terkana hama. Hama, kalau penanganannya tidak hati-hati bisa menyebabkan petani tidak makan alias gagal panen. Hama seperti tikus misalnya mirip prilaku koruptor dia hanya memikirkan dirinya sendiri, dia tidak peduli dengan yang lain. Sehingga saya harus mampu mendiagnosa jenis hama, gejala dan penyebab hama korupsi yang menjangkiti negeri ini. Penyebab hama yang berkembang biak diantaranya adalah faktor lingkungan, pola dan kebiasaaan hidup koruptif yang sadar atau tidak tumbuh ditengah-tengah masyarakat harus dihilangkan dengan tuntas, kerena secanggih dan sekeras apapun kita memberantas korupsi kalau kita tidak bisa merubah pola dan kebiasaan hidup koruptif, korupsi akan terus tumbuh dan berkembang. Saya namakan fase ini adalah fase penyemaian. Bagian terpenting dari fase ini adalah menyemai sample habitat pembibitan yang kondusif bagi pertumbuhan tanaman antikorupsi, dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan layaknya tanaman seperti sistem pengairan, sirkulasi udara, keasaman tanah, serta aspek lain yang menunjang tanaman tumbuh sehat.
Saya upayakan program-program yang berdampak mutiplayer effect, dari hulu sampai hilir. Dari hulu, program-program yang memiliki efek berantai yang berujung pada gelombang besar penyadaran terhadap seluruh elemen bangsa akan bahaya dan resiko korupsi, tumbuh budaya malu akan aib korupsi kemudian dari situ lahir gerakan-gerakan bersama perlawanan terhadap korupsi disetiap lini kehidupan bermasyarakat. Sadar korupsi muncul ditengah-tengah keluarga, seluruh unsur pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, sektor swasta dan kaum birokrat.
Dari hulu saya upayakan tanaman antikorupsi melalui segenap elemen masyarakat dengan memberikan pemahaman yang benar tentang korupsi, saya yakin dengan pemahaman yang benar dapat menciptakan habitat yang sehat yang bebas dari polusi korupsi, terutama lewat sarana-sarana pendidikan. Ada gerakan nyata di setiap lapisan masyarakat untuk pembiasaan perilaku anti korupsi, menghilangkan bias tafsir korupsi, seperti beda korupsi dengan hadiah, ucapan terima kasih, tips dan lain-lain yang terkadang masih diangap ada benturan budaya timur.
Sementara dari hilir lembaga-lembaga penegak hukum harus segera bersih, kredibel dan berwibawa, siap memberi hukuman setimpal pada para koruptor, penjarah uang rakyat. Pola dan kebiasaan koruptif muncul dari habitat birokrasi yang njelimet, tidak transparan dan mentalitas aparat yang haus suap. Saya akan jadikan KPK model tersemainya varian birokrasi anti korupsi yang tumbuh sehat dari akar, batang, ranting sampai buahnya dirasakan oleh masyarakat. Konkretnya KPK harus menularkan pola rekrutmen pengembangan, pembinaan sdm berintegritas dan profesional ke seluruh instansi yang selama ini menjadi sumber masalah di kaum birokrat, KPK juga menularkan proses pengelolaan keuangan negara yang baik, bagaimana KPK menciptakan sebuah bisnis proses yang adil dan transparan, saya bersama KPK akan menjadi partner pemerintah dan lembaga pembuat kebijakan untuk menelurkan aturan-aturan yang mengantarkan varian-varian penyemaian tersebut dapat saya tularkan ke instansi-instansi lain wabilkhusus ke lembaga-lembaga penegak hukum.
Sementara ditengah menyebarkan fase penyemaian varian birokrasi anti korupsi, saya harus segera menangani tanaman yang sudah terjangkit hama korupsi yang kakap, berdampak masif dan sistemik. Fase ini saya namakan fase pemulihan. Yang menjadi perhatian utama saya adalah pemulihan terhadap institusi penegak hukum, dalam struktur tanaman mereka ibarat sistem antibodi yang mampu menjadi pengendali tanaman terhadap serangan hama, sistem ini yang harus bisa bekerja seperti sediakala, mereka harus imun/kebal terhadap serangan hama, karena dari posisi mereka sangat rawan menerima serangan hama korupsi. Mereka harus bersih, sistem kekebalan hama mereka harus dipacu untuk kembali bekerja, dan setelah bersih penyemaian model birokrasi anti korupsi yang sudah saya praktekan di KPK harus bisa dipraktekkan juga di tengah-tengah mereka. Mengapa mereka mendapat prioritas utama?, jawabanya karena selanjutnya merekalah yang sejatinya bertugas mengawal pemberantasan korupsi di negeri ini. Kalau mereka segera pulih maka saya akan cepat beristirahat dan KPK pun tercatat dalam tinta emas sejarah negeri ini berhasil menuntaskan tugasnya, hama korupsi stadium lanjut sudah bisa diatasi dan mengantarkan lemaga-lembaga penegak hukum berwibawa dan mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Hama-hama itu harus diberantas dengan tuntas, kalaupun ada bagian tanaman yang dipotong karena hama sudah tidak bisa dibersihkan, terjangkit hama yang merasuk ke dalam sendi-sendinya, susah/tidak mau tumbuh normal maka ya dipotong saja kemudian dibuang, bekas potongannya dirawat, insya Alloh tunas-tunas baru akan muncul menggantikan. Atau bila perlu melengkapi fase penyemaian varian birokrasi anti korupsi dengan cara okulasi, cangkok sdm yang sudah handal di KPK kembali ke institusinya untuk mempercepat fase pemulihan sebelum nantinya sdm-sdm itu pada akan saya kembalikan dengan senang hati, tanpa mereka minta permohonan pengundurkan diri. Mereka pun akan mendapat tempat yang layak, sesuai, right man on right place di instititusi asal yang menjadi ibu kandungnya.
Fase berikutnya adalah fase pemupukan. Fase ini adalah memperkokoh fase-fase yang dilakukan agar bisa akselerasi sepeti tanaman-tanaman bibit unggul yang menghasilkan dalam jumlah banyak, kualitas terjamin dan dalam tempo singkat. Kita tentunya sudah muak dan bosan dengan hama korupsi yang terus berjangkit di negeri ini solah sulit dibasmi. Kita mau hama korupsi segera lenyap, tunas-tunas integritas lahir di setiap jengkal negeri, di setiap bagian di negeri ini menggantikan bagian yang sudah terkoyak akut hama korupsi. Pada fase ini perlahan peran-peran KPK dapat di-delivery ke unit-unit yang ada. Seperti aspek pencegahan sudah dapat dilakukan melalui unit internal control pada masing-masing institusi, aspek pemberantasan bisa berbentuk detasemen khusus pada lembaga penegak hukum seperti detasemen antiteror yang sangat ditakuti oleh para teroris. Detasemen antikoruptor ini tetap diperlukan untuk mengantisipasi munculnya kembali koruptor kelas kakap yang sudah terkontaminasi ideologi keserakahan dan sangat sulit disadarkan.
Akhirnya jauh sebelum periode saya berakhir, ketika saya merasa tugas saya sudah selesai, saya menghadap presiden yang melantik saya, usai menghadap presiden saya berdiri didepan awak media, seluruh wakil rakyat komisi 3 yang memilih saya untuk menyatakan bahwa mulai hari ini saya menyatakan mengundurkan diri dengan senyum penuh kemenangan, mandat itu saya kembalikan kepada para pemberinya karena segala pekerjaan sudah berhasil saya tuntaskan. Dan hari itu saya melihat senyum presiden begitu sumringah mungkin karena beliau tidak perlu repot-repot berdiri paling depan mengawal pemberantasan korupsi, para wakil rakyat tertawa lepas tanpa rasa ketakutan dan khawatir terus dimata-matai oleh lembaga anti rusuwah dan para awak media pun riang gembira tidak perlu kejar tayang, lembur sampai lupa pulang bahkan rela menginap di selasar gedung KPK demi mengejar berita selebrita korupsi. Inilah fase terakhir bagi sang petani, yakni fase panen saatnya menikmati hasil kerja, saatnya bisa berbagi kebahagian dengan yang lain atas hasil yang kita peroleh. Kita bukan siapa-siapa tanpa orang lain, kita bukan superman, superbody, kita harus bergandengan tangan sesama anak bangsa menuju Indonesia gemilang, adil, makmur toto tentrem kerto raharjo. Wallahua’lam
Tuesday, March 13, 2012
Kembali ke Desa
Semilir angin kian menusuk tulang jelang separuh malam, melengkapi curahan hujan sepanjang siang tak menciutkan semangat beberapa anak muda membahas masa depan desa di tengah situasi politik yang menghangat jelang pemilihan kuwu (kepala desa).
Ini adalah malam kali kedua mereka mendatangi untuk berdiskusi, kali ini suasananya terasa lebih menukik karena yang hadir lebih banyak dan adapula perwakilan generasi paruh baya. mereka sangat antusias seolah tak mau melewatkan momen kepulanganku ke kampung yang sebetulnya buat urusan yang lain, dan antusiasme itu pulalah yang kembali membelalakan kantukku karena memang sebelumnya aku sudah sempat tertidur setelah aktifitas sepanjang siang yang cukup melelahkan.
Sedikit banyak saya mengetahui situasi apa yang tengah terjadi, ibarat kontes politik tingkat tinggi, konstelasi sudah mengerucut kearah kedua kubu calon yang muncul kepermukaan, sebut saja kubu kidul dan kaler. berbagai pergerakan penggalangan dukungan sudah sangat terasa dilakukan kedua kubu, seolah tak mau ketinggalan start, padahal pendaftaran saja belum dibuka.
Kampungku yang terletak di ujung barat desa, agak mengucil dari peta desa, namun berpenduduk padat sama dengan blok wetan di timur desa, sehingga magnet politiknya cukup berdaya tarik. calon boleh saja dari aliran utara atau selatan tapi penentu tetap dari timur dan barat.
Dalam sejarah sepertinya belum pernah ada kuwu berasal dari kampungku ditambah tempatnya agak mencil wajar saja kalau pembangunan di kampungku minim perhatian, yang ada adalah swadaya masyarakat dan inisatif beberapa tokoh untuk mencari bantuan pembanguan, inisiatif pemerintahan desa nyaris tidak ada. Aktivitas swadaya yang munculpun seolah tak mampu dikelola aparat desa yang seharusnya menjadi konduktor, bukan sebaliknya malah menjadi isolator. Nah, giliran mau pemilihan semuanya minta dukungan setelah itu habis manis sepah dibuang.
inilah yang setidaknya menjadi alasan munculnya sikap pragmatis di masyarakat, “ saha nu wani masihan leuwih eta nu bakal dipilih” (siapa yang berani memberi lebih itu yang dipilih), atau “iaraha deui maranehna masihan ka warga lamun teu ayuena” (kapan lagi mereka memberi kalau bukan sekarang), sehingga akhirnya kualitas kepemimpinan yang dihasilkan jauh pangang dari api alias jauh dari harapan.
itu semua menjadi kegundahan anak-anak muda itu, mereka menganggap saatnya sekarang memberi penyadaran terhadap masyarakat agar bisa melahirkan kepemimpinan yang mau, mampu bekerja untuk masyarakat bukan untuk dirinya sendiri. dari mereka sedikit banyak aku juga bisa menggali sejauhmana visi dan komitmen kepemimpinan calon yang ada. dari mereka muncul ide kontrak politik dengan tawaran maksimal yaitu akan dilengserkan apabila tidak mampu merealisasikan janji-janjinya.
bagiku ini menegaskan bahwa nurani dan idealisme ternyata masih tumbuh subur dikalangan anak muda. mereka mampu menunjukan bagaimana seharusnya berperan, ambil bagian dan peduli terhadap apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. mereka tidak mewakili stempel buruk generasi muda pembuat onar, cuek, masa boodoh, apatis, dan amoral dalam jerat narkoba, miras, pergaulan bebas, dll.
Demokrasi ala desa seringkali tak semanis yang didengungkan sebagian pengamat dan akademisi sebagai sebuah contoh sukses penerapan demokrasi pemilihan langsung yang sudah mengakar dan tubuh dimasyarakat sehingga layak diaplikasikan di setiap level kepemimpinan dewasa ini. Kalau diteliti lebih dalam demokrasi ala desa justeru seringkali melahirkan kepemimpinan jauh dari harapan, menimbulkan luka perpecahan ditengah keguyuban masyarakat desa, mengoyak tananan semangat gotong royong dan kekeluargaan, menyesatkan kearifan masyarakat dengan kompensasi materi sesaat, bahkan dibeberapa wilayah pernah menimbulkan kerusuhan masa yang melibatkan bentrokan fisik, pengrusakan rumah dan sarana publik, yang tak kalah mengerikan dijadikan ajang taruhan judi.
Saya berharap semangat anak muda ini bisa diterjemahkan kedalam aksi dan tindakan konkret untuk mengembalikan bahwa demokrasi ala desa ini bukan tujuan melainkan alat, menyadarkan masyarakat agar jangan sampai terjadi huru-hara, perpecahan dan masyarakat dapat berperan aktif serta menyalurkan suaranya sesuai hati nurani. Meminta komitmen tertulis atau bahasa kerennya kontrak politik kepada setiap calon. Rencana aksi itu saya usulkan sebagai berikut :
Pra pilkuwu:
- Deklarasi pemilihan damai oleh semua calon, panitia 11, aparat desa, alim ulama, tokoh masyarakat, kepolisian, dll
- Deklarasi pemilihan LUBER JURDIL, tolak praktek politik uang dalam pemilihan
Saat pilkuwu :
- Melaksananakan pemaparan visi, misi, program serta dialog serap aspirasi publik antara para calon dengan masyarakat ke setiap dusun
- Penandatangan kontrak politik berupa komitmen anti KKN, siap menjadi penggerak pembangunan, siap memberi pelayanan terbaik kepada masyarakat, menghidupkan lingkungan agamis dan membela kepentingan fakir miskin, bersedia mundur atau dimundurkan apabila tidak mampu merealisasikan.
Setelah pilkuwu :
- Rekonsiliasi akbar antar calon bersama masyarakat untuk merekatkan kembali tali silaturahim pasca pemilihan
terakhir, selamat mejanlankan pesta demokrasi ala desa yang bermartabat semoga lahir pemimpin sidiq, amanah, tabligh, fathonah
wallahua’lam
cikiong, 11/03/2012
Thursday, March 10, 2011
Vacum Writter
menulis butuh motivasi,
menulis butuh suasana,
menulis butuh referensi,
menulis butuh bla..bla..bla..
kecuali menulis sudah menjadi kebutuhan itu sendiri
Monday, July 27, 2009
Key to Manage
Bicara mengenai manajemen tidak bisa dilepaskan dengan kepemimpinan. Karena manajemen merupakan suatu cara untuk menjalankan kepemimpinan. Banyak orang beranggapan bahwa sukses menjadi pemimpin ditentukan oleh knowledge. Anggapan ini tidak sepenuhnya salah karena ternyata 80% manajemen itu adalah art atau seni memimpin sedangkan knowledge sisanya 20 %. Kesuksesan me-manage sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang berbeda untuk ukuran waktu, tempat dan kesempatan tertentu sehingga ekspresi pemimpin dalam mengambil keputusan sangat berpengaruh. Pemimpin yang bermodal intelektual bagus belum menjadi jaminan dapat mengambil keputusan dengan tepat, kalau cara berkomunikasi, kemampuan untuk cara bernegosiasi, membuat sinergi semua faktor yang mempengaruhi tidak tepat. Mary Parker Follet mengatakan bahwa manajemen adalah “ the art of getting things done trough the other” , seni mencapai sesuatu melalui orang lain. Ekspresi kepemimpinan yang beragam inilah yang dimaksud seni dalam memimpin. Dari seni tersebut jika dapat diuji secara empiris dengan sistematika metode ilmiah justeru akan melahirkan pengetahuan (knowledge). Dan ekspresi seni yang berawal dari imajinasi ketika sudah terkristalisasi akan melahirkan budaya baru.
Jagalah pikiran karena akan menjadi ucapan,
Jagalah ucapan karena akan menjadi tindakan,
Jagalah tindakan karena akan menjadi kebiasaan,
Jagalah kebiasaan karena akan menjadi norma,
Jagalah norma karena akan menjadi sistem,
Jagalah sistem karena akan menjadi budaya
Seni kepemimpinan biasanya menggunakan knowledge sebagai bahan untuk membuat akselerasi agar tujuan bisa tercapai dengan efektif dan efesien.
Efektif dan efesien bedanya pada penggunaan kata sambung “yang” dan “dengan”. Efektif itu melakukan sesuatu yang benar, doing the right things sedangkan efesien melakukan sesuatu dengan benar, doing things right. Efektif terkait dengan hal yang akan dilakukan sedangkan efesien terkait dengan cara melakukan hal tersebut.
Karakteristik sesuatu itu dapat dikatakan efektif memenuhi kriteria SMART (Simple, Measurable, Aplicable, Reliable, Timeable)
-Simple , mudah dipahami
- Measurable, terukur dan mempunyai standar
-Aplicable, mungkin untuk dilakukan
-Reliable, relevan dan sesuai dengan keadaan
-Timeble, memiliki target waktu pencapaian
Kepemimpinan dituntut mampu menerapkan sikus manajemen PDCA (plan, do, check, action). Siklus ini akan menjaga sustainable organisasi dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan juga membutuhkan kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, sehingga apa yang menjadi garis kebijakan mampu dicerna dan dijalankan dengan efektif dan efesien, meghindari salah persepsi dan kebuntuan dalam organisasi. Ada tiga jenis komunikasi :
1. Interpersonal comunication, membuat diri sendiri yakin sebelum meyakinkan orang lain
2. Intrapersonal comunication, kemampuan memahami audien sehingga informasi yang disampaikan selaras dengan kebutuhan. Singkatnya mampu menyampaikan sesuatu sesuatu dengan bahasa kaumnya
3. Mass comunication, berkomunikasi secara masif atau kelompok.
Stephen covey dalam kunjungan kei Indonesia menyampaikan bahwa ada dua faktor yang menyembabkan orang Indonesia kalah bersaing dengan bangsa lain :
1. Orang Indonesia tidak terbiasa menulis, sehingga sering mengulangi kesalahan yang sama
2. Orang Indonesia tidak mau belajar mendengarkan
Kunci sukses dalam berkomunikasi adalah memahami kebutuhan (need), keinginan (want) dan cita rasa (feeling) komunikan. Caranya dengan CONFIDENCE (Compromise, Open, Negotiate, Fair, Inovative, Direct, Expressive, Non verbal, Chance, Empower)Mengambil Kesempatan
1. Menumbuhkan Keyakinan
Perjalanan kehidupan kerap diwarnai datangnya kesempatan yang membentangkan peluang versus tantangan. Dalam setiap kesempatan selalu memunculkan resiko, pilihannya adalah eksekusi yang berarti take risk atau abaikan (ignore). Keputusan terhadap penuntuan pilihan selain muncul kalkulasi untung-rugi, kemampuan atau pengalaman juga dipengaruhi keyakinan. Dorongan keyakinan justru menjadi energi dahsyat sebagai pra syarat kita bisa sukses mengeksekusi peluang atau mengabaikan peluang yang satu untuk mendapatkan peluang lainnya.
Keyakinan yang kuat muncul dari proses objektif terhadap realita yang dipadankan dengan tata nilai (value) ada dalam sanubari. Keyakinan memberikan rasa aman dalam diri. Keyakinan akan menjadi tameng yang memperkuat daya tahan kita mejalankan kesempatan. Seringkali ketika berhadapan dengan kesempatan kita tidak langsung serta merta memperoleh keyakinan itu. Baru setelah menjalaninya keyakinan itu muncul di tengah jalan atau malah belakangan setelah orang lain yang berhasil merebut kesempatan itu.
Disinilah pentingnya niat yang baik (islahunniyah) sebagai pendahulu dari setiap perbuatan. Niat baik itu dianjurkan diringi dengan ritual do’a-do’a tertentu. Rahasianya ternyata, niat yang baik dan do’a-do’a penuh harapan menjadi pengikat yang menumbuhkan keyakinan. Atas dasar keyakinan itu apa pun pilihan keputusan akan melahirkan sikap positif untuk mencapai buah kesuksesan dari kesempatan yang diambil. Keyakinan akan memberikan yang terbaik bagi dirinya, apapun hasilnya. Banyak orang yang lupa diri ketika mereka merayakanan kemenangan atas kesempatan justeru karena keyakianan mereka tidak dibalut oleh niat yang baik apalagi do’a. Dan sebaliknya banyak orang yang gagal, mendapatkan inspirasi hikmah dari kesempatan yang terbuang sehingga bisa meraih kemenangan berlipat dari kesempatan-kesempatan yang datang berikutnya.
Adakalanya kesempatan yang diambil bukalah sesuatu yang prestisius dan populis dan bagi sebagian orang dianggap remeh dan tidak memerlukan effort / kesungguhan untuk mencapainya. Dengan atau tanpa perlu keringat lebih dia akan mudah diperoleh. Ini sah-sah saja karena setiap orang tentu punya prioritas dalam hidupnya. Namun alangkah indahnya ketika kita mampu mengkapitalisasi kesempatan tersebut dengan niat yang baik dan kesungguhan sehingga waktu, biaya, tenaga, pikiran sedikit apapun yang tercurah menjadi bernilai tidak hanya bagi diri kita atau saat ini tapi buat kebaikan disekeliling dan masa depan kita. Jangan lupa sesuatu yang baik bisa menjadi tidak baik karena niat yang salah.
Tahap berikutnya adalah apa yang kita lakukan saat kita bertemu dengan kesempatan. Ada tiga faktor yang menjadi syarat kita bisa memenangkan kesempatan untuk meraih kesuksesan.
1. Create to opportunity
Menangkap peluang dari kesempatan yang ada. Bagi orang yang cerdas setiap kesempatan bisa menawarkan peluang-peluang untuk sukses tidak hanya satu sisi tapi dari banyak sisi. Kesempatan melanjutkan pendidikan akan memberikan peluang menambah status, embel-embel gelar, apakah hanya itu yang didapat, tentu jawabannya tidak. Dan sejatinya malah bukan untuk itu, melainkan untuk memperoleh pengetahuan, meng-upgrade kemampuanuntuk kemudian diamalkan dan diaplikasikan untuk memperbaiki kualitas kehidupan.
2. Inovation
Dengan inovasi kesempatan menjadi sarat nilai tambah. Sesuatu yang kurang menarik menjadi sangat menarik. Sesuatu yang bisa menjadi luar bisa.
3. Risk calculation
Kesempatan yang datang pasti selalu dihadapkan pada resiko, sekecil apapun itu. Menghitung resiko penting sebagai alat ukur untuk menghitung kemampuan memenangkan kesempatan. Kalkulasi terhadap resiko juga dapat meminimalisir dampak dari kegagalan serta membuka peluang munculnya alternatif.
Dengan apa kita bisa mengeksekusi kesempatan. Jawabannya adalah resourches (sumberdaya), ketiga hal di atas pun sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumberdaya. Resourches dalam ilmu manajemen dikenal dengan istilah 5 M : Man, Money, Machine/Method, Material, Management.
Kesempatan juga kait eratannya dengan selera. Yang paling berpeluang menang adalah yang paling bisa memenuhi selera entah itu pasar, owner, stakeholder atau siapapun yang berkepentingan menawarkan/memberi kesempatan tersebut. Contoh sederhana adalah ketika seorang pria tertarik pada seorang gadis dan berniat mempersuntingnya maka dia harus dapat memenuhi selera si gadis, orangtua bahkan kerabatnya. Dia harus mampu membuktikan bahwa dia adalah orang yang paling tepat, memiliki kriteria yang diinginkan si gadis. Dia juga harus menyakinkan orangtua si gadis, bahwa dia dianggap mampu memenuhi ekspektasi mereka untuk membahagiakan putri kesayangannya.
Selera secara umum itu dipengaruhi oleh :
1. Tingkat pendidikan
2. Pendapatan
3. Gaya hidup
Pengambilan kesempatan bukan sekedar ambil jatah, aji mumpung atau daripada tidak. Kita harus mampu menyajikan keunggulan dalam setiap kesempatan. Keunggulan dapat berupa keunggulan komparatif, dimana level dengan pesaing sama tapi kita mampu lebih baik, keunggulan kompetitif, dimana kita mampu menyajikan sesuatu yang tidak dimiliki pesaing atau yang paling baik mengetengahkan keunggulan berkelanjutan, yakni keunggulan kompetitif yang senantiasa terjaga.Monday, June 1, 2009
Menikmati Peran
Seseorang yang memiliki antusiasme dan gairah dalam melakukan setiap peran dalam beragam aktifitas kehidupan tentunya akan melahirkan aura positif tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi bisa juga bagi orang yang lain di sekelilingnya. Minus gairah, orang akan terlihat datar, ala kadarnya bahkan tidak jarang terlihat malas menjalani kehidupan.
Bagaimana agar antusiasme dan gairah tersebut selalu membuat andrenalin yang akan menjadikan hidup lebih hidup. Satria Hadi Lubis dalam bukunya yang berjudul "Burn Yourself" menyatakan bahwa kunci keberhasilan seseorang mampu meledakan potensi pada dirinya adalah memiliki visi dalam hidup, dan bahkan visi itu harus dijabarkan dengan menggali visi dari setiap peran yang dijalankan.
Ibarat pulau impian (dream land) visi akan menuntun seseorang setapak demi setapak mengayuh, mengarahkan dan menjaga bahtera berjalan ke arah yang dituju. Terpaan badai, hantaman gelombang tidak akan mampu menghentikan laju bahtera, bahkan hempasan angin pun tak akan mampu menyesatkan bahtera dari tujuannya. Semua awak bahu-membahu menjalankan perannya masing-masing dengan satu tujuan mengantar bahtera bersandar di pulau impian. Sang nahkoda sangat memahami peran dia untuk mengendalikan kemudi bahtera, membaca arah angin, cuaca serta memastikan seluruh awak bekerja dengan baik. Sang juru mesin pun dengan baik memahami perannya memastikan mesin kapal bekerja optimal, cermat menggunakan bahan bakar dan tanggap mengatasi kerusakan yang terjadi. Sampai sang kelasi pun bijak memahami peranya untuk melayani kebutuhan logistik awak kapal, menjaga kenyamanan dek-dek yang ada.
Begitupun halnya dengan manusia, visi (turunan yang lebih gampang dicerna bisa berwujud cita-cita atau harapan) membuat andrenalin seseorang terpicu sehingga dia bergairah menuntaskan usaha-usaha dalam menggapainya. Visi itu akan menjadi pelecut motivasi menghadapi masalah, tantangan dan berbagai kendala yang menghadang. Visi akan melahirkan keyakinan yang kuat bahwa setiap perjuangan mencapainya pasti memerlukan pengorbanan. Dalam tataran praktis visi itu harus pula di-breakdown (dijabarkan) dalam setiap peran yang diambil, inilah yang kemudian dinamakan "visi peran". Misalnya Budi, diluar dirinya sebagai pribadi, dia adalah ayah dari 2 orang putri, suami dari seorang isteri yang sangat ia cintai, anak dari orang tua yang selalu dia hormati dan banggakan dalam hidup, dan karyawan dari sebuah institusi tempat dia bekerja. Seperti awak kapal tadi budi pun harus dapat mendefenisikan visinya sebagai seorang ayah, suami, anak dan karyawan agar semuanya bisa berjalan beriringan mendukung visi besarnya. Salah kalau peran-peran itu dianggap pekerjaan sambilan dan sambil lalu, masing-masing punya kepentingan dan skala prioritas tersendiri. Bahkan dalam beberapa orang terkadang salah satu dari peran tersebut mampu menginspirasi mereka sehingga mereka mencapai puncak dalam hidupnya. Sebetulnya peran-peran kecil itu kalau dapat dijalankan dengan sempurna tentunya menjadi energi besar dan mengkondisikan seseorang nyaman melakukan pekerjaan besar menggapai visi besarnya. Dan saya yakin kita sepakat bahwa Budi yang sukses paripurna adalah Budi yang bisa mencapai visi besarnya dan mampu menunaikan dengan baik semua peran yang dia memiliki.
Visi membuat seseorang bergairah menghadapi kehidupan. Antusiasme menyala-nyala sebenderang visi yang begitu jelas tampak di pelupuk mata. Setiap pergerakan peran melangkah dengan penuh optimisme. Sesulit apapun peran terlihat dimata orang baginya adalah rengkuhan kenikmatan menjalaninya. Lihatlah Oshin, perjalanan hidup yang penuh dengan perjuangan dia jalani dengan begitu ikhlas, sabar, gigih penuh antusiasme serta sangat menikmati perjalan peran apapun dia jalani dengan keyakinan kuat akan datangnya kehidupan yang lebih baik, sehingga diakhir cerita Oshin menjelema menjadi sosok yang begitu sukses.
Visi yang luhur akan memberikan kenikmatan dalam menjalankan peran-peran kehidupan, dia akan mencegah seseorang dari berkeluh kesah, berprasangka dan stress. Karena dia begitu memahami hakikat berjalannya fitrah kehidupan. Visi yang luhur adalah niat yang terpatri kuat tinggal menyambutnya dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh sembari menggandengnya dengan tawakal yang ikhlas.