Bicara mengenai manajemen tidak bisa dilepaskan dengan kepemimpinan. Karena manajemen merupakan suatu cara untuk menjalankan kepemimpinan. Banyak orang beranggapan bahwa sukses menjadi pemimpin ditentukan oleh knowledge. Anggapan ini tidak sepenuhnya salah karena ternyata 80% manajemen itu adalah art atau seni memimpin sedangkan knowledge sisanya 20 %. Kesuksesan me-manage sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang berbeda untuk ukuran waktu, tempat dan kesempatan tertentu sehingga ekspresi pemimpin dalam mengambil keputusan sangat berpengaruh. Pemimpin yang bermodal intelektual bagus belum menjadi jaminan dapat mengambil keputusan dengan tepat, kalau cara berkomunikasi, kemampuan untuk cara bernegosiasi, membuat sinergi semua faktor yang mempengaruhi tidak tepat. Mary Parker Follet mengatakan bahwa manajemen adalah “ the art of getting things done trough the other” , seni mencapai sesuatu melalui orang lain. Ekspresi kepemimpinan yang beragam inilah yang dimaksud seni dalam memimpin. Dari seni tersebut jika dapat diuji secara empiris dengan sistematika metode ilmiah justeru akan melahirkan pengetahuan (knowledge). Dan ekspresi seni yang berawal dari imajinasi ketika sudah terkristalisasi akan melahirkan budaya baru.
Jagalah pikiran karena akan menjadi ucapan,
Jagalah ucapan karena akan menjadi tindakan,
Jagalah tindakan karena akan menjadi kebiasaan,
Jagalah kebiasaan karena akan menjadi norma,
Jagalah norma karena akan menjadi sistem,
Jagalah sistem karena akan menjadi budaya
Seni kepemimpinan biasanya menggunakan knowledge sebagai bahan untuk membuat akselerasi agar tujuan bisa tercapai dengan efektif dan efesien.
Efektif dan efesien bedanya pada penggunaan kata sambung “yang” dan “dengan”. Efektif itu melakukan sesuatu yang benar, doing the right things sedangkan efesien melakukan sesuatu dengan benar, doing things right. Efektif terkait dengan hal yang akan dilakukan sedangkan efesien terkait dengan cara melakukan hal tersebut.
Karakteristik sesuatu itu dapat dikatakan efektif memenuhi kriteria SMART (Simple, Measurable, Aplicable, Reliable, Timeable)
-Simple , mudah dipahami
- Measurable, terukur dan mempunyai standar
-Aplicable, mungkin untuk dilakukan
-Reliable, relevan dan sesuai dengan keadaan
-Timeble, memiliki target waktu pencapaian
Kepemimpinan dituntut mampu menerapkan sikus manajemen PDCA (plan, do, check, action). Siklus ini akan menjaga sustainable organisasi dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan juga membutuhkan kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, sehingga apa yang menjadi garis kebijakan mampu dicerna dan dijalankan dengan efektif dan efesien, meghindari salah persepsi dan kebuntuan dalam organisasi. Ada tiga jenis komunikasi :
1. Interpersonal comunication, membuat diri sendiri yakin sebelum meyakinkan orang lain
2. Intrapersonal comunication, kemampuan memahami audien sehingga informasi yang disampaikan selaras dengan kebutuhan. Singkatnya mampu menyampaikan sesuatu sesuatu dengan bahasa kaumnya
3. Mass comunication, berkomunikasi secara masif atau kelompok.
Stephen covey dalam kunjungan kei Indonesia menyampaikan bahwa ada dua faktor yang menyembabkan orang Indonesia kalah bersaing dengan bangsa lain :
1. Orang Indonesia tidak terbiasa menulis, sehingga sering mengulangi kesalahan yang sama
2. Orang Indonesia tidak mau belajar mendengarkan
Kunci sukses dalam berkomunikasi adalah memahami kebutuhan (need), keinginan (want) dan cita rasa (feeling) komunikan. Caranya dengan CONFIDENCE (Compromise, Open, Negotiate, Fair, Inovative, Direct, Expressive, Non verbal, Chance, Empower)
No comments:
Post a Comment